Pelabuhan Ikan Pekalongan, adalah tempat terakhir yang aku kunjungi, konon ini adalah pelabuhan ikan terbesar di Jawa,
disini juga ada TPI, Tempat Pelelangan Ikan. Terletak di pantai Slamaran.
Lelang ikan berlangsung terbuka, dan tertib. Pelabuhan dan TPI Pekalongan ini
sangat bersih dan rapi, jika dibanding dengan kebanyakan pelabuhan ikan yang
terkesan kotor, kumuh, dan bau.
Pagi, di pantai Slamaran, Pekalongan |
Terdapat satu gedung tua berarsitektur belanda
yang masih terawat rapih dan bersih, serta masih digunakan untuk kantor. Sangat
klasik dan indah.
Pelabuhan Ikan Pekalongan yg bersih |
Menyaksikan sendiri proses
sejak ikan diturunkan dari kapal yang baru bersandar, kemudian dibawa kedalam
TPI untuk siap dilelang, ditata sedemikian rupa sehingga tersusun rapi per jenis
ikan dan ukuran, dimana masing masing sudah dimasukkan kedalam kantong plastic,
sehingga ikan tetap bersih dan hygien. Adalah suatu pengalaman tersendiri,
sungguh luar biasa. Konon pelabuhan disini memang memiliki reputasi mentereng.
Adalah pelabuhan ikan terbesar sekaligus terbersih di Jawa.
Kapal Nelayan, bersandar di Pelabuhan Ikan Pekalongan |
Bertolak belakang dengan
reputasi tersebut, para nelayan yang sempet aku temui, bercerita bahwa kondisi
dunia perikanan Indonesia sesungguhnya memprihatinkan. Setidaknya apa yang
mereka saksikan dan alami cukup menjadi
gambaran untuk mewakili kondisi yang utuh. Aku mendengarkan, sesekali
menanggapi dan berkomentar serta berusaha menghibur agar mereka tetap sabar.
Dituturkan, dulu tahun 90-an
rata-rata 500 sampai 700 kapal yang bersandar untuk bongkar muat, kini hanya
tinggal antara 150 sampai 200 kapal saja. Dulu lelang berlangsung dari pagi
buta sampai sore hari, kini rata rata dimulai jam setengah delapan, belum
tengah hari sudah habis terjual.
Tanpa ditanya apa sebabnya,
mereka dengan lancar menjelaskan penyebabnya. Ini bukan karena daya beli
masyarakat menurun. Tapi karena fishing groundnya sudah habis. Apa itu fishing
ground Pak ?, tanyaku. Ya lokasi penangkapan ikan, ada 2 tempat yang umum
didatangi oleh nelayan Pekalongan, juga nelayan daerah lain, yaitu Masalembo,
dan Natuna. Kenapa bisa habis ? karena over fishing, tambahnya. Segitu
banyakkah kapal kapal kita sampai ikannya habis di tangkap ?, tidak…
Kapal asing justru yang
banyak, kalau malam, dilokasi penangkapan suasananya kayak pasar malam, kerlap
kerlip lampu kapal dimana-mana, kebanyakan mereka illegal, curi ikan di
Indonesia, untuk amannya mereka ganti bendera merah putih ditengah laut. Mereka
pakai jaring pukat, sehingga ikan ikan kecil pun ikut tertangkap, dan terumbu
karang rusak karenanya. Sehingga ya bisa dibayangkan, lama-lama ikannya habis.
Karena yang kecil gak sempet tumbuh jadi besar
untuk suatu hari nanti ditangkap.
Ditambah lagi tempet berkembang biaknya, yaitu terumbu karangnya juga
rusak.
Sementara kami yang asli
nelayan local dilarang pakai jaring pukat.
Apakah tidak dilaporkan
kondisi ini Pak, tanyaku.
Sudah Mas, jawabnya
Terus gimana hasilnya ?
Ya, begitulah….
Jawaban penuh makna. Aku tidak
melanjutkan Tanya jawab ini. aku coba menghibur dan memberi harapan. Bukankah
mentri Susi sekarang ini serius sekali melawan illegal fishing, banyak kapal
ditenggelamkan, seperti yang kita lihat di TV ?. ya… betul, semoga itu bukan
pencritaan, sahutnya. Kenapa begitu Pak ? tanyaku spontan. Masak sebulan Cuma
satu yang ditenggelamkan ?, di laut sono ratusan Pak yang nyolong….
Sabar Pak… pelan-pelan,
setidaknya sudah dimulai oleh Mentri Susi, semoga kesananya akan semakin banyak
lagi kapal-kapal asing yang mencuri ikan di laut kita, ditangkapi oleh Angkatan
Laut kita, dan langsung ditenggelamkan, supaya ada efek jera. Ikan kita
melimpah dan habitatnya tidak rusak. Nelayan kita kembali melaut dan mendapat
hasil yang melimpah. Tempat pelelangan ikan disini kembali ramai dari subuh
sampai maghrib.
Aamiin…
Gedung bekas peninggalan Belanda yang masih terawat |
Muara Sungai Slamaran, pintu masuk menuju Pelabuhan Ikan Pekalongan |
No comments:
Post a Comment