Tuesday, August 16, 2016

Dream To Green Canyon (Part 2)



Body Rafting

Body Rafting, Green Canyon
Sabtu, 9 July 2016. Kami dijemput mobil pick up tepat pukul 7 pagi, persis seperti janji operator sore kemarin. berlima kami menaiki bak mobil, diantar menuju ke base camp operator body rafting, diperkenalkan dengan guide, diberikan seperangkat alat antara lain sepatu khusus, pelampung, dan helmet. Lalu diberikan pengarahan sebentar dan langsung menuju bak mobil lagi, bersama rombongan keluarga lain, ber 10 kami dibawa menuju starting point. Setengah jam lebih perjalanan menuju arah hulu sungai Green Canyon, menyusuri jalan aspal, lalu berbelok ke kanan menanjak, melewati jalan tanah menembus perkampungan, kebun dan hutan. Cukup mengerikan bagi kami, mengingat jalannya yang sempit, hanya cukup untuk satu mobil saja, serta konturnya yang naik turun. Perjalanan ini saja, sudah menjadi petualangan tersendiri bagi kami, tapi, seyogyanya pemerintah memperhatikan infrastruktur disini.

di basecamp
Menuju starting point
Dari dropping point, kami menuruni jalan setapak yang lumayan curam sampai akhirnya kami berada dibibir sungai, sedikit breafing dari pemandu, savety body rafting disampaikan dengan singkat tapi jelas, dan kami harus mengikuti petunjuk dari pemandu agar perjalanan berlangsung aman dan nyaman. Kami juga diminta untuk tidak bercanda dengan mengeluarkan kata kata yang tidak pantas, keren, ini cara bijak menghormati alam.

di dropping point
down to the river
Pelan pelan, satu persatu kami masuk ke sungai dan membiarkan diri dibawa arus yang tenang dan dingin.  Cadas di kiri kanan sungai mulai menyapa kami, dinding batu yang tinggi, dengan ornamen alami, dipayungi pohon di atasnya. Keadaan mulai gelap, sensasional.  Ada sedikit rasa gamang, tapi kami yakin ini safe, toh sudah ada ribuan orang sebelumnya yang rafting disini. Dan Guide yang tenang membuat kami merasa tenang pula.
Starting point
Enjoy Body Rafting
Kami memanggil guide kami dengan nama Bule, karena rambutnya yang dicat pirang. Bule mengarahkan kami untuk menepi dan melanjutkan perjalanan melalui batu batu cadas, karena didepan ada jeram yang cukup berbahaya, dinding dinding batu itu membentuk dirinya seperti stalagmit di dalam gua, ia terbentuk oleh tetesan air diatasnya,  yang mungkin terjadi selama ribuan tahun. Bisa dibayangkan alam yang perawan ini sejak penciptaannya, tak pernah dilewati manusia, sampai seorang turis Prancis menemukannya sebagai sorga yang indah untuk dinikmati, jadilah Green Canyon, wisata body rafting yang keindahannya kini bisa kita nikmati.

menghindari jeram

Enjoy Body Rafting

Enjoy Body Rafting, diguyur air dibawah tebing overhang

Pada beberapa spot kita seolah berada pada alam Jurassic Park, batu besar ditengah sungai, stalagmit, stalagtit, tebing over hang diatas sungai, akar akar pohon yang menjulur sampai ke permukaan sungai, serta air deras yang meluncur dari atas seperti hujan, sangat sempurna...  

Serasa di Jurrasic Park

Serasa di Jurrasic Park

Serasa di Jurrasic Park
Pada satu spot, sekali lagi kami harus menghindari jeram yang berbahaya, menepi, dan memanjat batu batu besar, berjalan diatasnya, aliran sungai yang deras antara 4 – 5 meter  dibawah kami, lalu pada ujungnya kami harus melompat ke bawah, menyebur ke air yang berarus deras dan harus langsung berenang dengan kuat ke arah kiri agar tidak terbawa arus dan masuk ke jeram yg dalam. Bule memberi arahan dengan tegas, lalu dia yang melompat duluan, sambil memberi contoh, langsung berenang kearah kiri, meraih batu untuk menahan agar tubuhnya tidak terseret arus, lalu memberi aba aba kepada kami untuk mulai melompat, Bule mencegat diujung sana dengan membawa tali atau sling untuk dilempar kepada kami jika gagal merapat ke sisi kiri.

Rupanya si bungsu ragu untuk melompat dari batu yang tingginya sekitar 2 meter diatas arus sungai, sejujurnya ketika saya melihat kebawah, ada juga rasa ngeri, karena gak ada jalan lain ya akhirnya melompat juga, dan byur... sejenak ada rasa kaget ketika berada di dalam air terbawa arus lalu muncul ke permukaan dan berenang sekuat tenaga ke arah kiri, Si bule berteriak teriak memberi semangat “kiri... kiri...”. Lumayan, sempet menelan air sungai ketika nyebur tadi. Bule meraih tangan saya dan menariknya ke batu, saya ikut memberi aba-aba ke anak anak untuk mulai terjun, satu persatu mereka terjun, dan ternyata, semua menelan air sungai..he..he..

Sibungsu, tak kunjung lompat, masih ragu-ragu, raut mukanya jelas menunjukkan kengerian, kami semua memberi semangat, ayo cantik, gak apa apa, kamu pasti bisa, saya lihat dia jongkok dan siap melompat, tapi mukanya seperti menangis dan tak kunjung melompat. Bule akhirnya susah payah merambati tebing disisi sungai, dan memanjatnya lalu menghampiri si bungsu dan merayunya, mengajak terjun bareng. Bule menggandeng tangan si bungsu, menghitung sama sama, dihitungan ketiga lompat bareng, dan Byur.... sukses.... kami istirahat sejenak di Batu yang ibarat pulau ditengah sungai ini.

Kami melanjutkan rafting, berselang seling antara melewati arus yang deras dan yang tenang, sehingga kami bisa saling bergandengan dan bercanda, atau diam menikmati indahnya lukisan alam, paduan antara hijaunya pohon pohon yang akarnya menjulur ke bawah, tebing tebing tinggi dengan garis garis sejajar arah arus sungai, atau tebing overhang yang memayungi kami.

Membiarkan tubuh kami telentang diatas sungai, menatap keatas, jauh diatas sana tebing dan pohon pohon itu seolah berjalan meninggalkan kami, padahal kamilah yang bergerak terbawa arus meninggalkan indahnya pemandangan itu.



Beberapa kali kami harus menghindari jeram dan merayapi batu batu besar yang indah, dihujani air dari atas entah dari mana asalnya, karena sedang tidak hujan. Kombinasi antara batu, tebing, sulur akar pohon, semburat air dari atas, serta suara derasnya arus dan gelapnya suasana pada beberapa spot, sungguh luar biasa, Indonesia memang indah... ini adalah petualangan yang tak terlupakan, seandainya ada kesempatan, pasti kami akan kembali lagi.

Sambil rafting, terkadang kami harus merayapi tebing agar tidak terseret arus dan terbawa ke jeram yang berbahaya, sampai ahirnya perjalanan body rafting kami berakhir di jeram setan, jeram terakhir, entah kenapa diberi nama jeram setan. Kami istirahat diatas batu besar, dipayungi tebing yang overhang dan menyatu  dari kedua sisi sungai sehingga membentuk gua, serta dihujani air dari atas. Tak terasa, 3 jam lamanya perjalanan body rafting ini.

Di titik ini kami dijemput perahu bercadik, bersama rombongan lain kami diantar ke tempat peristirahatan, menyusuri sungai yang cukup lebar, batas kiri kanan sungai adalah pepohonan yang padat, serasa di amazon. Tiba di dermaga perahu disisi kiri sungai, dermaga ini sengaja dibuat dengan konstruksi beton untuk kepentingan wisata, beberapa warung sederhana terdapat diatasnya, pedagangnya harus berjalan kaki menembus hutan untuk mencapai tempat ini.

Pisang goreng dan kopi panas, nikmat apa lagi yang dapat kita ingkari ?... 
Tuhan begitu baik pada Indonesia, semoga kita pandai bersyukur dan  bisa menjaganya

Sekali lagi kami dijemput perahu bercadik, menuju basecamp. Cuma kali ini hanya rombongan kami, satu keluarga saja, yang menaiki perahu, menyuri sungai green canyon yang seperti amazon, mengikuti arus menuju ke hilir, kurang lebih 15 menit perjalanan menaiki perahu, beberapa kali kami berpapasan dengan perahu yang berisi rombongan wisatawan, dengan camera ditangan, kasihan, mereka tidak tahu ada secuil sorga disini, yang hanya bisa dinikmati dengan body rafting.

No comments:

Post a Comment