Tuesday, August 16, 2016

Dream To Green Canyon (part 1)



16 jam lebih duduk dibelakang setir, nonstop, hanya sekali berhenti di POM bensin di daerah Ciamis untuk isi BBM dan urusan toilet. Adalah pengalaman luar biasa yang tak akan terlupakan. Begitulah keadaan jalanan sepanjang jalur nagrek menuju Ciamis, Kamis, 7 July 2016, Hari ke dua lebaran tahun ini.

Anak-anak sampai bingung sendiri, tidur, bangun, tidur lagi, bangun lagi, masih di jalan, untungnya mereka sudah siap mental menghadapi kemacetan ini. Pemberitaan di TV tentang kemacaten parah di Brexit membuat mereka menyiapkan diri untuk situasi ini, suasana di dalam mobil kami kadang senyap karena 4 orang wanita (istri dan anak anak pada tidur) lalu riuh dengan canda tawa dan cerita, senyap lagi, riuh lagi, begitulah perjalanan kami.

Semua demi cita-cita lama yang sebentar lagi jadi kenyataan, body rafting di Green Canyon, Pangandaran.

Kami tiba di Pangandaran pas waktu Isya. Rumah makan adalah tempat pertama yang kami cari, lalu menuju hotel yang sudah kami pesan secara online. Malam ini acaranya hanya satu, istirahat, menyiapkan fisik buat besok subuh, menikmati sunrise di pantai timur pangandaran. Sayangnya, pagi itu kami kurang beruntung, mendung menghalangi mentari pagi yang gagal nongol di cakrawala timur.

Sunrise, Pantai Timur Pangandaran
 Matahari baru menyapa kami dari balik awan, beberapa saat kemudian. Indah... tetap indah dan syahdu. Sumburat sinar kemerahan dan bulatan matahari itu seolah mengucapkan selamat pagi, sinarnya yang lembut cukup memberi kehangatan, mie rebus dan secangkir kopi menambah segarnya suasana pagi di Pangandaran. Perlahan pemandangan sekitar pantai mulai jelas, deretan warung, perahu-parahu yang di parkir di lepas pantai, juga bibir pantai yang kotor oleh tumpukan sampah. Orang orang mulai rame berlalu lalang berjalan di sisi deretan warung warung, entah apa yang mereka cari, kami lebih memilih duduk bercengkerama di warung menikmati suasana pagi yang indah ini.

Selamat pagi Pangandaran
Sampah
 Kami tinggalkan pantai meskipun sebenarnya masih ingin berlama lama menikmati pagi di pantai timur Pangandaran, kami harus membagi waktu, Jum’at hari pendek, sore harus sudah tiba di Batu Karas untuk body rafting di Green Canyon.

Pantai barat Pangandaran, kami tiba disana mengendarai mobil, sungguh keputusan yang salah, seharusnya kami jalan kaki, crowded sekali, mobil nyaris stuck, tidak bergerak, butuh waktu 20 menit lebih untuk bisa dapat tempat parkir. Jalan yang sempit serta terbatasnya lahan parkir menjadi penyebab kemacetan, terlalu banyak motor dan manusia berlalu lalang disini, maklum masa liburan lebaran. Di pantai, sama saja, penuh sesak manusia. Kami memutuskan menyewa perahu untuk berlayar mengelilingi cagar alam Pangandaran, menuju Air Terjun yang langsung jatuh ke laut.

Pemilik perahu merayu kami untuk berkeliling memutari tanjung cagar alam Pangandaran dengan sedikit tambahan biaya, saya setuju. Lalu kami mulai bergerak meninggalkan pantai Pangandaran, perahu bercadik ini sesungguhnya cukup sempit, sehingga kami harus duduk satu satu, semua menghadap kedepan, kecuali saya duduk paling ujung dan menghadap kebelakang. Kami mulai jauh meninggalkan pantai dan perahu-perahu lain yang hanya berputar-putar di teluk pantai barat Pangandaran. Lalu sang pengemudi memberikan pelampung kepada semua penumpang kecuali saya, mereka semua pakai pelampung, kecuali pengemudi dan saya. Perahu mulai berguncang guncang hebat, sehingga saya harus memegangi ujung dinding kiri kanan perahu agar tidak terpental. Anak anak mulai berteriak teriak riang setiap perahu terpental menyambut ombak yangmenghantam perahu. Saya menengok ke belakang, wow, ombak sekitar 2 meteran menuju perahu kami, saya semakin fokus memegangi perahu dengan sekuat mungkin agar tidak terpental. Karena posisi duduk saya diujung perahu, maka hempasannya sangat terasa, sampai perut saya terasa sakit. Anak anak meneriaki saya, Pa.... teriaaak. Mungkin biar gak tegang. Saya heran, tidak adah ekspresi ketakutan di wajah mereka, sementara saya begitu khawatir, kami satu satunya perahu yang keluar ke laut lepas, inilah ombak laut selatan yang sesungguhnya.

Perahu terus bergerak, lalu agak pelan dan bergerak kekiri mendekati pantai. Kami lihat dari kejauhan Air Terjun dg debit air yang cukup besar menyembur dari dinding tebing dan langsung jatuh ke laut. Saya lihat ombak besar langsung menghantam ke batu karang dibawah air terjun itu, dan airnya berbaur menyatu disana, saya pikir tidak mungkin kita mendekat karena ombaknya yang besar, perahu kami terombang ambing, tidak ada kesempatan mengambil foto, meskipun dengan HP, tangan saya tidak pernah lepas dari pegangan. Saya minta pengemudi mengarahkan perahu kembali ke Pantai Putih, ke Cagar Alam Pangandaran.

Pantai barat, Pangandaran
 Kami turun ke Pantai Pasir Putih, sama, crowded, penuh sesak dengan manusia, tidak ada pedagang disini, dilarang, karena ini cagar alam. Namun ada penyewaan alat snorkling, tapi kurang tertarik untuk snorkling disini. Kami sebentar saja disini, langsung balik ke Pantai barat lagi, maklum jumat, waktu terbatas.


Selepas jumatan dan makan siang, kami langsung check out, meninggalkan hotel menuju Green Canyon, destinasi yang sudah lama kami incar. Setengah jam lebih perjalanan menuju ke Batu Karas, Green Canyon, jalanan cukup sempit, namun kondisi jalan relative baik, sepertinya baru di aspal.

Setiba di Batu Karas, persis ditikungan yang ada jembatan, jalanan macet total, mobil parkir terdapat hampir diseluruh pinggir jalan dan halaman halaman rumah warga, serta guest house yang ada disana, kami melihat banyak papan petunjuk jalur evakuasi, saya sempet bertanya pada warga setempat, evakuasi apa ?, rupanya ketika terjadi sunami beberapa waktu yang lalu, kepanikan melanda warga disini.

Bermunculannya guest house dan operator body rafting adalah pertanda geliat pariwisata disini mulai tumbuh memberi penghidupan baru pada warga setempat, berkah Green Canyon. Juga turut mempromosikan Wonderful Indonesia, semoga negara dapat membantu semaksimal mungkin untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada para tourist lokal maupun internasional.

Kami menuju salah satu operator, tapi rupanya hari ini, Jumat, tidak ada body rafting, karena waktunya pendek, terpotong sholat jumat, sementara waktu yang dibutuhkan untuk body rafting bisa 5 jam atau lebih, wow.... Hari jumat hanya ada penawaran menaiki perahu menyusuri sungai Green Canyon menuju hulu, hingga berakhir di jeran terakhir. Tidak, kami sudah bertekad untuk body rafting, jadi kami putuskan menginap disini, untuk esok harinya ber body rafting ria... Kami memutuskan menginap di salah satu guest house yang sederhana, tapi harga bak hotel bintang, maklum, musim liburan lebaran.

Pantai Batu Hiu
Sore ini, kami manfaatkan waktu untuk mengunjungi Pantai Batu Hiu, tidak jauh dari Batu Karas, ombak besar datang silih berganti seakan akan berebut mencakar pantai yang berpasir hitam. kami mendekat pantai, dan langsung di ingatkan lewat pengeras suara agar menjauh. Wow, rupanya ombak disini kurang bersahabat.
Pantai Batu Hiu
Pantai Batu Hiu
Sedianya, kami ingin stay disini mengabadikan sunset, tapi ternyata matahari tenggelam di balik gunung, bukan di cakrawala laut. 

Pantai Batu Hiu, view dari atas tebing
Lanjut ke Dream To Green Canyon (part 2)







No comments:

Post a Comment