16 jam lebih duduk dibelakang setir, nonstop, hanya
sekali berhenti di POM bensin di daerah Ciamis untuk isi BBM dan urusan toilet.
Adalah pengalaman luar biasa yang tak akan terlupakan. Begitulah keadaan
jalanan sepanjang jalur nagrek menuju Ciamis, Kamis, 7 July 2016, Hari ke dua
lebaran tahun ini.
Anak-anak sampai bingung sendiri, tidur, bangun, tidur
lagi, bangun lagi, masih di jalan, untungnya mereka sudah siap mental
menghadapi kemacetan ini. Pemberitaan di TV tentang kemacaten parah di Brexit membuat
mereka menyiapkan diri untuk situasi ini, suasana di dalam mobil kami kadang
senyap karena 4 orang wanita (istri dan anak anak pada tidur) lalu riuh dengan
canda tawa dan cerita, senyap lagi, riuh lagi, begitulah perjalanan kami.
Semua demi cita-cita lama yang sebentar lagi jadi
kenyataan, body rafting di Green Canyon, Pangandaran.
Kami tiba di Pangandaran pas waktu Isya. Rumah makan
adalah tempat pertama yang kami cari, lalu menuju hotel yang sudah kami pesan
secara online. Malam ini acaranya hanya satu, istirahat, menyiapkan fisik buat
besok subuh, menikmati sunrise di pantai timur pangandaran. Sayangnya, pagi itu
kami kurang beruntung, mendung menghalangi mentari pagi yang gagal nongol di
cakrawala timur.
Sunrise, Pantai Timur Pangandaran |
Matahari baru menyapa kami dari balik awan, beberapa saat
kemudian. Indah... tetap indah dan syahdu. Sumburat sinar kemerahan dan bulatan
matahari itu seolah mengucapkan selamat pagi, sinarnya yang lembut cukup
memberi kehangatan, mie rebus dan secangkir kopi menambah segarnya suasana pagi
di Pangandaran. Perlahan pemandangan sekitar pantai mulai jelas, deretan
warung, perahu-parahu yang di parkir di lepas pantai, juga bibir pantai yang
kotor oleh tumpukan sampah. Orang orang mulai rame berlalu lalang berjalan di
sisi deretan warung warung, entah apa yang mereka cari, kami lebih memilih
duduk bercengkerama di warung menikmati suasana pagi yang indah ini.
Selamat pagi Pangandaran |
Sampah |
Kami tinggalkan pantai meskipun sebenarnya masih ingin
berlama lama menikmati pagi di pantai timur Pangandaran, kami harus membagi
waktu, Jum’at hari pendek, sore harus sudah tiba di Batu Karas untuk body
rafting di Green Canyon.
Pantai barat Pangandaran, kami tiba disana mengendarai
mobil, sungguh keputusan yang salah, seharusnya kami jalan kaki, crowded
sekali, mobil nyaris stuck, tidak bergerak, butuh waktu 20 menit lebih untuk
bisa dapat tempat parkir. Jalan yang sempit serta terbatasnya lahan parkir
menjadi penyebab kemacetan, terlalu banyak motor dan manusia berlalu lalang
disini, maklum masa liburan lebaran. Di pantai, sama saja, penuh sesak manusia.
Kami memutuskan menyewa perahu untuk berlayar mengelilingi cagar alam
Pangandaran, menuju Air Terjun yang langsung jatuh ke laut.
Pemilik perahu merayu kami untuk berkeliling memutari
tanjung cagar alam Pangandaran dengan sedikit tambahan biaya, saya setuju. Lalu
kami mulai bergerak meninggalkan pantai Pangandaran, perahu bercadik ini
sesungguhnya cukup sempit, sehingga kami harus duduk satu satu, semua menghadap
kedepan, kecuali saya duduk paling ujung dan menghadap kebelakang. Kami mulai jauh
meninggalkan pantai dan perahu-perahu lain yang hanya berputar-putar di teluk
pantai barat Pangandaran. Lalu sang pengemudi memberikan pelampung kepada semua
penumpang kecuali saya, mereka semua pakai pelampung, kecuali pengemudi dan
saya. Perahu mulai berguncang guncang hebat, sehingga saya harus memegangi
ujung dinding kiri kanan perahu agar tidak terpental. Anak anak mulai berteriak
teriak riang setiap perahu terpental menyambut ombak yangmenghantam perahu.
Saya menengok ke belakang, wow, ombak sekitar 2 meteran menuju perahu kami,
saya semakin fokus memegangi perahu dengan sekuat mungkin agar tidak terpental.
Karena posisi duduk saya diujung perahu, maka hempasannya sangat terasa, sampai
perut saya terasa sakit. Anak anak meneriaki saya, Pa.... teriaaak. Mungkin
biar gak tegang. Saya heran, tidak adah ekspresi ketakutan di wajah mereka,
sementara saya begitu khawatir, kami satu satunya perahu yang keluar ke laut
lepas, inilah ombak laut selatan yang sesungguhnya.
Perahu terus bergerak, lalu agak pelan dan bergerak
kekiri mendekati pantai. Kami lihat dari kejauhan Air Terjun dg debit air yang
cukup besar menyembur dari dinding tebing dan langsung jatuh ke laut. Saya
lihat ombak besar langsung menghantam ke batu karang dibawah air terjun itu,
dan airnya berbaur menyatu disana, saya pikir tidak mungkin kita mendekat
karena ombaknya yang besar, perahu kami terombang ambing, tidak ada kesempatan
mengambil foto, meskipun dengan HP, tangan saya tidak pernah lepas dari
pegangan. Saya minta pengemudi mengarahkan perahu kembali ke Pantai Putih, ke
Cagar Alam Pangandaran.
Pantai barat, Pangandaran |
Kami turun ke Pantai Pasir Putih, sama, crowded, penuh
sesak dengan manusia, tidak ada pedagang disini, dilarang, karena ini cagar
alam. Namun ada penyewaan alat snorkling, tapi kurang tertarik untuk snorkling
disini. Kami sebentar saja disini, langsung balik ke Pantai barat lagi, maklum
jumat, waktu terbatas.
Selepas jumatan dan makan siang, kami langsung check out,
meninggalkan hotel menuju Green Canyon, destinasi yang sudah lama kami incar.
Setengah jam lebih perjalanan menuju ke Batu Karas, Green Canyon, jalanan cukup
sempit, namun kondisi jalan relative baik, sepertinya baru di aspal.
Setiba di Batu Karas, persis ditikungan yang ada
jembatan, jalanan macet total, mobil parkir terdapat hampir diseluruh pinggir
jalan dan halaman halaman rumah warga, serta guest house yang ada disana, kami
melihat banyak papan petunjuk jalur evakuasi, saya sempet bertanya pada warga
setempat, evakuasi apa ?, rupanya ketika terjadi sunami beberapa waktu yang lalu,
kepanikan melanda warga disini.
Bermunculannya guest house dan operator body rafting
adalah pertanda geliat pariwisata disini mulai tumbuh memberi penghidupan baru
pada warga setempat, berkah Green Canyon. Juga turut mempromosikan Wonderful
Indonesia, semoga negara dapat membantu semaksimal mungkin untuk meningkatkan
kualitas pelayanan kepada para tourist lokal maupun internasional.
Kami menuju salah satu operator, tapi rupanya hari ini,
Jumat, tidak ada body rafting, karena waktunya pendek, terpotong sholat jumat,
sementara waktu yang dibutuhkan untuk body rafting bisa 5 jam atau lebih,
wow.... Hari jumat hanya ada penawaran menaiki perahu menyusuri sungai Green
Canyon menuju hulu, hingga berakhir di jeran terakhir. Tidak, kami sudah
bertekad untuk body rafting, jadi kami putuskan menginap disini, untuk esok
harinya ber body rafting ria... Kami memutuskan menginap di salah satu guest
house yang sederhana, tapi harga bak hotel bintang, maklum, musim liburan
lebaran.
Pantai Batu Hiu
Sore ini, kami manfaatkan waktu untuk mengunjungi Pantai Batu Hiu, tidak jauh dari Batu Karas, ombak besar datang silih berganti seakan akan berebut mencakar pantai yang berpasir hitam. kami mendekat pantai, dan langsung di ingatkan lewat pengeras suara agar menjauh. Wow, rupanya ombak disini kurang bersahabat.
Pantai Batu Hiu |
Pantai Batu Hiu |
Sedianya, kami ingin stay disini mengabadikan sunset, tapi ternyata matahari tenggelam di balik gunung, bukan di cakrawala laut.
Pantai Batu Hiu, view dari atas tebing |
Lanjut ke Dream To Green Canyon (part 2)
No comments:
Post a Comment