Friday, July 31, 2015

Rawa Pening, Semarang, Jawa Tengah

Rawa Pening, nama ini begitu terkenal dan legendaries di dalam kisah-kisah cerita rakyat Jawa, khususnya Jawa Tengah. Adalah sebuah daerah cekungan diantara gunung-gunung Ungaran, Telomoyo, serta Merbabu.

Rawa Pening
Rawa, umumya kita kenal sebagai dataran yang selalu digenangi air. Biasanya kita mengenal rawa di daerah dataran rendah di pinggir laut dan ditumbuhi pohon bakau. Jadi, wajar jika anda agak sedikit heran jika menemui kenyataan bahwa Rawa Pening bukanlah daerah pantai, tetapi ia justru terletak di tengah-tengah pulau Jawa. Dan Rawa Pening tidaklah ditumbuhi pohon bakau, melainkan enceng gondok dan lumut, dua-duanya lebih tepat disebut sebagai gulma (tanaman pengganggu) ketimbang tanaman endemic yang memiliki nilai ekonomi atau simbiosis mutualism dengan habitatnya.
 
Rawa Pening, foto udara google

Sejak jaman dahulu, sebagian besar permukaan Rawa Pening dipenuhi oleh enceng gondok. Kini, selain enceng gondok, pemandangan yang juga mendominasi permukaan rawa adalah bambu-bambu struktur Karamba milik masyarakat.

Rawa Pening, perahu dan enceng gondok
Jadi, Rawa Pening sejatinya adalah sebuah danau yang memiliki luas lebih dari 2600 Ha. Danau alami seluas itu, dibatasi oleh kebon, hutan atau sawah-sawah. Dan memiliki latar belakang gunung-gunung, jelas menjanjikan pemandangan yang menakjubkan serta pengalaman yang mengesankan bagi siapa saja yang mendatanginya dan menjelajahinya, apalagi bagi masyarakat kota yang hari-harinya diisi dengan kesibukan yang monoton dan melelahkan pikiran.

Rawa Pening, Karamba
Rawa Pening sebenarnya bisa diakses dari sisi mana saja. Tetapi untuk kemudahan dan kenyamanan sebaiknya anda menjelajahi danau ini lewat starting point “Kampoeng Rawa”. Kampoeng Rawa bukanlah sebuah kampung yang dihuni oleh sekelompok masyarakat, tetapi ia hanyalah sebuah nama dari lokasi wisata yang baru dibangun tahun 2012, seiring dengan pembangunan jalan lingkar selatan Ambarawa.

Kampoeng Rawa, dermaga perahu wisata

Kampoeng Rawa, terletak persis disisi kiri jalan lingkar luar arah Bawen – Ambarawa.  Sebagai tempat tujuan wisata, Kampoeng Rawa memiliki fasilitas yang cukup lengkap bagi keluarga, antara lain restoran Apung, lesehan dipinggir sawah dan menghadap ke kolam pancing, arena outbound, arena permainan anak-anak sampai ATV. Tetapi yang paling penting adalah, Kampoeng Rawa memiliki dermaga perahu wisata, dan menyewakan perahu bermesin kepada pengunjung yang ingin menjelajahi danau. Kampoeng Rawa telah membangun sebuah kanal yang cukup lebar untuk menuju ke tengah danau, sehingga semakin lengkaplah kemudahan fasilitas yang anda butuhkan disini.

Dengan tarif 110 ribu rupiah, kita bisa menjelejahi danau selama kurang lebih 30 menit. Perahu yang cukup besar ini bisa diisi sampai 8 orang. Terasa masih lapang bagi kami sekeluarga yang hanya 5 orang.


Rawa Pening, kanal buatan
Rawa Pening, kanal buatan
Rawa Pening, kanal buatan
Rawa Pening, kanal buatan, bebek
Perjalanan dimulai dengan menelusuri kanal yang berair kecoklatan karena bercampur tanah sawah. Perahu meluncur tenang mengikuti kanal. Enceng gondok dalam ukuran yang kecil-kecil mulai memenuhi kanal. Perahu-perahu kecil banyak disandarkan dipinggir kanal, atau di letakkan diatas dinding kanal. Beberapa kelompok bebek berkeliaran disini, sepertinya milik warga sekitar.

Rawa Pening, menembus enceng gondok
Kanal mulai berbelok kearah kanan, dan diujung sana pemandangan Gunung Ungaran dengan Latar belakang Gunung Sumbing mulai memukau kami. Perahu terus meluncur mengikuti kanal lalu berbelok ke kiri, dan enceng gondok semakin lama semakin padat memenuhi kanal. Gulma ini mungkin terbawa arus dari tengah-tengah danau.

Rawa Pening, dan enceng gondok
Rawa Pening, happy family

Air danau sudah mulai jernih, tak berwarna coklat lagi, dan saya tak bisa menandai dimana sebenarnya batas ujung kanalnya. Tiba-tiba enceng gondok ada dimana-mana, sejauh mata memandang yang terlihat hanya enceng gondok. Seolah-olah ini bukanlah danau, tapi hutan enceng gondok. Perahu ini tetap maju menembus rimbunnya enceng gondok. Saya agak khawatir sebenarnya, takut baling-baling mesin perahu macet tersangkut enceng gondok, tetapi Pak Sukri si pengemudi perahu rupanya terlihat tenang, dia tentu sudah paham karakter danau ini dan tahu bagaimana menembus dan mengatasi enceng gondok. Sungguh sebuah sensasi tersendiri, berperahu menembus hamparan enceng gondok, sampai kami akhirnya berada di tengah-tengah danau yang berair bening, tenang dan luas.

Rawa Pening dan Gunung Merbabu
Rawa Pening dan Gunung Sumbing, dan Ungaran
Di kejauhan deretan karamba dengan bambu-bambunya yang menjulang diatas air tampak seperti hutan bambu kering. Gunung Telomoyo dilatarbelakangi oleh gunung Merbabu indah menghias disisi timur. Sementara disisi yang lain gunung ungaran tampak begitu anggun. Gunung sumbing dan gunung Sindoro samar-samar juga terlihat di kejauhan. Saya tak ingin kehilangan moment untuk mengabadikan pemandangan yang terhampar disini.

Rawa Pening, peace
Senyap, tenang… hembusan angin ditengah terik siang itu bersatu padu melingkupi pikiran kami. Hanya suara motor perahu yang bergerak pelan yang terdengar ditelinga kami. Ingin rasanya, seharian berada ditengah-tengah danau ini. suasananya sungguh syahdu…

Perahu-perahu dari pengunjung yang lain terlihat melintas di sisi yang lain, mereka mungkin merasakan kenikmatan yang sama seperti yang saya rasakan.

Rawa Pening dan Gulma
Saya membayangkan, seandainya danau ini dibersihkan dari semua gulma, tentu permukaan air danau ini akan tampak jauh lebih luas. Dan menyajikan pemandangan yang lebih indah dan menakjubkan. Disamping itu, bisa dimanfaatkan untuk kegiatan olah raga air seperti dayung, kano, speed boat, ski air dll.

Rawa Pening, sungguh menyimpan potensi yang luar biasa untuk dikembangkan menjadi daerah tujuan wisata alternative di Jawa Tengah, apalagi daerah disekitarnya adalah daerah tourist destination yang sudah lebih dulu ada dan memiliki iklim yang sejuk. Seperti daerah Ungaran dan Bandungan, dimana disana terdapat kelompok candi Gedong Songo. Juga Bawen yang memiliki kawasan agro wisata “Kampoeng Kopi Banaran”.  Ambarawa yang menyimpan sejarah masa perjuangan repubik ini, juga ada Museum kereta api Ambarawa. Ke arah Magelang sudah dekat dengan Candi Borobudur. Ke arah Solo dekat dengan dengan candi Prambanan. Maka tinggal menunggu niat dan kesungguhan pemangku wilayah Jawa Tengah untuk merubah potensi besar ini menjadi sebuah kenyataan…
 
Tak terasa, perahu ini sudah meluncur balik kearah dermaga pemberangkatan. Sudah hampir 30 menit kami menjelajahi danau ini, rasanya sangat singkat, tapi kami semua senang dan puas dengan pengalaman berperahu disini. kami berpapasan dengan seorang nelayan yang dengan tenangnya mendayung perahunya yang kecil, Ia berharap rejeki dari Rawa Pening.  Semoga Pak Nelayan ini mendapat ikan yang banyak.

Tak lupa, kami makan siang di lesehan Kampoeng Rawa, sambil duduk memandangi sawah yang sudah mengering karena habis dipanen, serta mengamati kesibukan orang-orang yang begitu banyak di liburan kali ini, menjadi hiburan tersendiri. Sambil menunggu makanan, kami sempatkan berfoto di tengah sawah yang sudah kering, sepertinya baru di panen. Langit biru berhias awan putih, hamparan sawah bekas panen yang masih terlihat hijau dan kuning, dan jauh disana puncak gunung Sumbing disentuh awan, landscape yang sempurna untuk sessi photo.
sayang sekali cuaca siang itu tidak benar-benar cerah, sehingga gunung-gunung Sumbing, Sindoro atau Merbabu tidak menampakkan wajahnya dengan sempurna.
 
Rawa Pening, sawah
Beberapa orang yang pernah berkunjung kesini, merekomendasikan kepada saya untuk datang lagi lain waktu, diluar musim liburan dan dipagi hari untuk mengabadikan sunrise dan nelayan setempat yang sedang menjaring ikan, wow, sepertinya luar biasa….

Anda yang tinggal di kota-kota sekitar Rawa Pening, seperti Semarang misalnya, beruntunglah…., dan bagi Anda  yang belum pernah berkunjung ke Rawa Pening, segera rencanakan berlibur kesini. Hanya kurang lebih satu jam saja dari kota Semarang.

Sampai jumpa lagi Rawa Pening….

No comments:

Post a Comment