Body Rafting
|
Body Rafting, Green Canyon |
Sabtu, 9 July 2016. Kami dijemput mobil pick up tepat
pukul 7 pagi, persis seperti janji operator sore kemarin. berlima kami menaiki
bak mobil, diantar menuju ke base camp operator body rafting, diperkenalkan
dengan guide, diberikan seperangkat alat antara lain sepatu khusus, pelampung,
dan helmet. Lalu diberikan pengarahan sebentar dan langsung menuju bak mobil
lagi, bersama rombongan keluarga lain, ber 10 kami dibawa menuju starting
point. Setengah jam lebih perjalanan menuju arah hulu sungai Green Canyon,
menyusuri jalan aspal, lalu berbelok ke kanan menanjak, melewati jalan tanah
menembus perkampungan, kebun dan hutan. Cukup mengerikan bagi kami, mengingat
jalannya yang sempit, hanya cukup untuk satu mobil saja, serta konturnya yang
naik turun. Perjalanan ini saja, sudah menjadi petualangan tersendiri bagi
kami, tapi, seyogyanya pemerintah memperhatikan infrastruktur disini.
|
di basecamp |
|
Menuju starting point |
Dari dropping point, kami menuruni jalan setapak yang
lumayan curam sampai akhirnya kami berada dibibir sungai, sedikit breafing dari
pemandu, savety body rafting disampaikan dengan singkat tapi jelas, dan kami
harus mengikuti petunjuk dari pemandu agar perjalanan berlangsung aman dan
nyaman. Kami juga diminta untuk tidak bercanda dengan mengeluarkan kata kata
yang tidak pantas, keren, ini cara bijak menghormati alam.
|
di dropping point |
|
down to the river |
Pelan pelan, satu persatu kami masuk ke sungai dan
membiarkan diri dibawa arus yang tenang dan dingin. Cadas di kiri kanan sungai mulai menyapa
kami, dinding batu yang tinggi, dengan ornamen alami, dipayungi pohon di
atasnya. Keadaan mulai gelap, sensasional.
Ada sedikit rasa gamang, tapi kami yakin ini safe, toh sudah ada ribuan
orang sebelumnya yang rafting disini. Dan Guide yang tenang membuat kami merasa
tenang pula.
|
Starting point |
|
Enjoy Body Rafting |
Kami memanggil guide kami dengan nama Bule, karena
rambutnya yang dicat pirang. Bule mengarahkan kami untuk menepi dan melanjutkan
perjalanan melalui batu batu cadas, karena didepan ada jeram yang cukup
berbahaya, dinding dinding batu itu membentuk dirinya seperti stalagmit di
dalam gua, ia terbentuk oleh tetesan air diatasnya, yang mungkin terjadi selama ribuan tahun.
Bisa dibayangkan alam yang perawan ini sejak penciptaannya, tak pernah dilewati
manusia, sampai seorang turis Prancis menemukannya sebagai sorga yang indah
untuk dinikmati, jadilah Green Canyon, wisata body rafting yang keindahannya
kini bisa kita nikmati.
|
menghindari jeram |
|
Enjoy Body Rafting |
|
Enjoy Body Rafting, diguyur air dibawah tebing overhang |
Pada beberapa spot kita seolah berada pada alam Jurassic
Park, batu besar ditengah sungai, stalagmit, stalagtit, tebing over hang diatas
sungai, akar akar pohon yang menjulur sampai ke permukaan sungai, serta air
deras yang meluncur dari atas seperti hujan, sangat sempurna...
|
Serasa di Jurrasic Park |
|
Serasa di Jurrasic Park |
|
Serasa di Jurrasic Park |
Pada satu spot, sekali lagi kami harus menghindari jeram
yang berbahaya, menepi, dan memanjat batu batu besar, berjalan diatasnya,
aliran sungai yang deras antara 4 – 5 meter
dibawah kami, lalu pada ujungnya kami harus melompat ke bawah, menyebur
ke air yang berarus deras dan harus langsung berenang dengan kuat ke arah kiri
agar tidak terbawa arus dan masuk ke jeram yg dalam. Bule memberi arahan dengan
tegas, lalu dia yang melompat duluan, sambil memberi contoh, langsung berenang
kearah kiri, meraih batu untuk menahan agar tubuhnya tidak terseret arus, lalu
memberi aba aba kepada kami untuk mulai melompat, Bule mencegat diujung sana
dengan membawa tali atau sling untuk dilempar kepada kami jika gagal merapat ke
sisi kiri.
Rupanya si bungsu ragu untuk melompat dari batu yang
tingginya sekitar 2 meter diatas arus sungai, sejujurnya ketika saya melihat
kebawah, ada juga rasa ngeri, karena gak ada jalan lain ya akhirnya melompat
juga, dan byur... sejenak ada rasa kaget ketika berada di dalam air terbawa
arus lalu muncul ke permukaan dan berenang sekuat tenaga ke arah kiri, Si bule
berteriak teriak memberi semangat “kiri... kiri...”. Lumayan, sempet menelan
air sungai ketika nyebur tadi. Bule meraih tangan saya dan menariknya ke batu,
saya ikut memberi aba-aba ke anak anak untuk mulai terjun, satu persatu mereka
terjun, dan ternyata, semua menelan air sungai..he..he..
Sibungsu, tak kunjung lompat, masih ragu-ragu, raut
mukanya jelas menunjukkan kengerian, kami semua memberi semangat, ayo cantik,
gak apa apa, kamu pasti bisa, saya lihat dia jongkok dan siap melompat, tapi
mukanya seperti menangis dan tak kunjung melompat. Bule akhirnya susah payah
merambati tebing disisi sungai, dan memanjatnya lalu menghampiri si bungsu dan
merayunya, mengajak terjun bareng. Bule menggandeng tangan si bungsu,
menghitung sama sama, dihitungan ketiga lompat bareng, dan Byur.... sukses....
kami istirahat sejenak di Batu yang ibarat pulau ditengah sungai ini.
Kami melanjutkan rafting, berselang seling antara
melewati arus yang deras dan yang tenang, sehingga kami bisa saling
bergandengan dan bercanda, atau diam menikmati indahnya lukisan alam, paduan
antara hijaunya pohon pohon yang akarnya menjulur ke bawah, tebing tebing tinggi
dengan garis garis sejajar arah arus sungai, atau tebing overhang yang
memayungi kami.
Membiarkan tubuh kami telentang diatas sungai, menatap
keatas, jauh diatas sana tebing dan pohon pohon itu seolah berjalan
meninggalkan kami, padahal kamilah yang bergerak terbawa arus meninggalkan
indahnya pemandangan itu.
Beberapa kali kami harus menghindari jeram dan merayapi
batu batu besar yang indah, dihujani air dari atas entah dari mana asalnya,
karena sedang tidak hujan. Kombinasi antara batu, tebing, sulur akar pohon,
semburat air dari atas, serta suara derasnya arus dan gelapnya suasana pada beberapa
spot, sungguh luar biasa, Indonesia memang indah... ini adalah petualangan yang
tak terlupakan, seandainya ada kesempatan, pasti kami akan kembali lagi.
Sambil rafting, terkadang kami harus merayapi tebing agar tidak terseret arus dan terbawa ke jeram yang berbahaya, sampai ahirnya perjalanan body rafting kami berakhir di jeram setan,
jeram terakhir, entah kenapa diberi nama jeram setan. Kami istirahat diatas
batu besar, dipayungi tebing yang overhang dan menyatu dari kedua sisi sungai sehingga membentuk
gua, serta dihujani air dari atas. Tak terasa, 3 jam lamanya perjalanan body
rafting ini.
Di titik ini kami dijemput perahu bercadik, bersama
rombongan lain kami diantar ke tempat peristirahatan, menyusuri sungai yang
cukup lebar, batas kiri kanan sungai adalah pepohonan yang padat, serasa di
amazon. Tiba di dermaga perahu disisi kiri sungai, dermaga ini sengaja dibuat
dengan konstruksi beton untuk kepentingan wisata, beberapa warung sederhana
terdapat diatasnya, pedagangnya harus berjalan kaki menembus hutan untuk
mencapai tempat ini.
Pisang goreng dan kopi panas, nikmat apa lagi yang dapat kita
ingkari ?...
Tuhan begitu baik pada Indonesia, semoga kita pandai
bersyukur dan bisa menjaganya
Sekali lagi kami dijemput perahu bercadik, menuju
basecamp. Cuma kali ini hanya rombongan kami, satu keluarga saja, yang menaiki
perahu, menyuri sungai green canyon yang seperti amazon, mengikuti arus menuju
ke hilir, kurang lebih 15 menit perjalanan menaiki perahu, beberapa kali kami
berpapasan dengan perahu yang berisi rombongan wisatawan, dengan camera
ditangan, kasihan, mereka tidak tahu ada secuil sorga disini, yang hanya bisa
dinikmati dengan body rafting.